Naskah Drama Keluarga - Bunga Untuk Aken

 SUARA SASTRA - Naskah Drama Keluarga - Bunga Untuk Aken 
Teman - teman  SUARA SASTRA  pada kali ini  SUARA SASTRA  akan berbagi lagi naskah drama terbaru di tahun 2022. Naskah drama kali ini, bertema keluarga yang mengisahkan pasangan suami istri yang sudah lam menikah, tetapi belum mempunyai seorang anak, tiap hari tiap malam pasangan suami istri ini selalu berharap keajaiban datang padanya. Bagaiman kisah selanjutnya ? Yooo langsung aja baca aja Naskah Drama di bawah ini.

Naskah Drama Keluarga - Bunga Untuk Aken
Naskah Drama Keluarga - Bunga Untuk Aken  (  SUARA SASTRA / PEXELS )

BUNGA UNTUK AKEN
Karya : Noni Mustika Wati 

Di desa yang jauh dari keramaian, jauh dari pusat perbelanjaan, juga sangat jauh dengan lampu kota yang menghias setiap malam, tepatnya di Kabariuk. Hiduplah sepasang suami istri. Aken dan Kinaan sudah menjalani pemikahan selama 12 Tahun namun belum dikaruniai anak.Hingga pada suatu hari mereka pasrah jika akhirnya pernikahan mereka tidak dikaruniai anak. (Aken menemui istrinya Kinaan di halaman belakang rumah mereka) Di Halaman Rumah Aken

AKEN : Naan, sudahkan kau makan siang ini? Dan apa yang kau lakukan disana (sambil berjalan menemui istrinya).

Namun Kinaan tak menjawab pertanyaan dari suaminya itu.Hingga Aken melihat Kinaan ternyata sedang menangis.

AKEN : Naan, ada apa dengan mu, apa yang membuatmu menangis seperti ini, bicaralah padaku, tentu aku harus tau apa yang membuatmu menangis seperti ini? KINAAN : Sungguh aku bukan istri yang baik untukmu. (tambah deras air mata Kinaan yang keluar)

AKEN : Kenapa kau bisa bicara seperti itu? Kau adalah wanita hebat, wanita yang sabar, wanita yang sangat aku sayangi.

Kinaan memotong pembicaraan Aken

KINAAN : Aku wanita hebat? Kau bilang aku wanita hebat setelah 7 tahun kita menikah, apa aku memberimu keturunan? Itukah yang disebut wanita Hebat? Itu yang kau bilang sangatlah salah tentang diriku. Carilah wanita yang bisa memberimu keturunan, rasanya saya hanya akan menyianyiakan usiamu!

AKEN : Sadarlah Kinaan ! Sadarlah | Saya bukan laki-laki yang seperti itu, saya tulus, saya ikhlas menjalani ini semua. Ini bukan takdirmu, ini takdir kita. Dan saya pun ikhlas sungguh sangat ikhlas. Tidakkah terpikir olehmu apa saja dapat terjadi di Dunia ini.

KINAAN : Tapi Naan tau, ketika Aken melihat tetangga kita yang melahirkan, raut wajah Aken sangat senang dan serasa ingin memiliki anak. 

AKEN : Tapi kau salah jika menyimpulkan bajwa saya hendak menikah lagi mencari wanita yang bisa memberikan keturunan. Setiap lak-laki yang berkeluarga pasti ingin memiliki keturunan, aku pun memang begitu. Namun Tuhan belum mengijinkanku.

KINAAN : Ya tentu belum mengijinkan, jika kau belum menikah lagi dengan wanita yang bisa memberimu keturunan.

AKEN : Sudahlah, ku kira kau mengerti dengan semua ini. Sudah 7 tahun kujalani pernikahan ini dengan tenang dan sabar. Apa aku pemah marah padamu selama ini gara-gara naan tidak memberikanku keturunan? Sebaiknya kau beristiraat Naan. Kurasa kau terlalu banyak melamun hari ini. Istirahatlah ke kamar, dan kanku buatkan teh hangat untukmu.(Aken merangkul tangan Kinaan dan diantarkannya ke kamar). Kinaan ditidurkan di tempat tidur dari kayu beralaskan tikar. (Aken pergi ke dapur, dibuatkannya teh hangat untuk istri tercintanya Kinaan). Didalam pikirannya ia berpikir kenapa istrinya bisa beranggapan begitu tentangnya.

AKEN : (Didalam hatinya) sungguh aku ingin mendapatkan anak, untuk menjaga kita dihari tua nanti. Namun itu pun hanya ku jalani denganmu Kinaan, bukan dengan yang lain. Setelah teh hangat selesai dibuat, Aken mengantarkan teh itu ke kamar.

Terlihat Kinaan dengan muka memerahnya tertidur lelap. Diletakannya teh itu disamping ranjang tidur mereka. Aken pun pergi ke ladang untuk mengurus kebun jagungnya yang sebentar lagi akan panen. Di Ladang Jagung Setibanya di Ladang jagung SARMAN Sarman berteriak pada Aken.

SARMAN : Sudahkah kau siap untuk panen nanti? (sambil berteriak) AKEN : Mudah-mudahan saja tidak banyak yang dimakan burung, seperti panen kemarin dan banyak juga jagung yang kering karna kurang air, mangkanya saya rajin ke ladang untuk memeriksa.
SARMAN : Hhha bisa saja kau ini Ken. Setelah pukul 15:00 SARMAN berteriak.
(Aken dan temannya terus memeriksa satu per satu pohong jagung di ladang mereka masing-masing)
SARMAN : Ken, kau mau pulang sekarang? Aku akan pulang sekarang kasihan istri dan anaku sudah masak pepes ikan mas dan ingin makan denganku.
AKEN : Oh begitu. pulanglah kau duluan, kasihan anak dan istrimu sudah menunggu.
SARMAN : Ya sudahlah, aku pergi duluan. Jangan pulang terlalu sore hari sudah mau gelap.
AKEN : Ya, terimakasih man. Sebentar lagi juga saya menyusul. Pulanglah duluan !

Tinggalah Aken sendiri di ladang itu, karna tidak lama Sarman berpamitan, orang-orang yang ada di ladang pun menyusul pulang.

AKEN : (dalam hatinya) sepertinya aku tidak ingin pulang, namun jika aku tidak pulang aku khawatir dengan Kinaan. Takut juga dia menyimpulkan yang tidak-tidak lagi tentangku ini. Sebaiknya aku pun harus pulang sekarang.

Aken pulang dengan pelan-pelan, dia melangkahkan kainya. Kaos putih yang dikenakannya sangat begitu dekil dan kotor. Wajah yang begitu lesu dan tidak bersemangat sangat jelas dilihatkannya.

Di Rumah Kenaan, Sampailah AKEN di rumahnya, dilihatnya ke kamar, namun Kinaan istrinya tidak ada di kamarnya.

AKEN : Naan ? (dengan berteriak AKEN memangil panggilan untuk istrinya) KINAAN : Iya, sudahkah Aken pulang? ( Kinaan menjawab dari dapur). 
AKEN : Sudah istriku yang cantik. (sambil menghampiri istrinya di dapur)
KINAAN : Ada maksud Aken berkata seperti itu ? Bergegaslah mandi, sudah ku siapkan air untuk mandinya dan makan malam untuk hari ini.
AKEN : Tidak bolehkan Aken mengatakan seperti itu pada istri Aken sendiri?
KINAAN : Naan hanya merasa aneh, jika AKEN mengatakan seperti itu. Sudahlah cepat mandi nanti airnya jadi dingin. 
AKEN : Iya baiklah..
Aken mengambil handuk dan segera masuk ke kamar mandi. Ketika Aken mandi, Kinaan istrinya memanaskan makan malam untuk dia dan suaminya.Aken pun selesai mandi dan dia makan malam dengan ikan goreng bersama istrinya.
AKEN : Begitu enak memang pasakan istriku ini (Aken merayu istrinya)
KINAAN : Dan saya pun tahu bahwa Aken sedang bicara bohong pada Naan.
AKEN : Kenapa naan terus bicara seperti itu?

Kinaan tidak menjawab dan dia hanya mengunyah makan malam itu dengan cepat seperti orang kelparan. Setelah makan malam itu, seperti hari-hari biasanya mereka hanya berdiam di rumah tanpa televisi karena memang di desa mereka belum ada listrik. Setiap malam mereka hanya menggunakan klenting atau tempat menyimpan minyak yang kemudian untuk menyalakan api sebagai penerang malam-malam mereka.Kinaan dan suaminya lantas tertidur, namun di tengah malam istrinya Kinaan mual-mual dan muntah.

AKEN : Apa yang terjadi ? naan ? Kau tidak apa-apa ? Aken sangat cemas karena di desa mereka juga tidak ada dokter atau pun bindan apa lagi rumah sakit. Yang ada hanya orang yang ahli di bidang kesehata dengan pengetahuan seadanya, tanpa alat, dan sangat tradisional.
KINAAN : Entahlah, naan juga tidak tahu. Namun naan merasa sangat tidak enak perut dan rasanya ingin muntah terusterusan.
AKEN : Baiklah Aken panggilkan saja Aki Rojak, karna Aken takut terjadi apa-apa denganmu.

KINAAN : Sudah, tidak usah. Mungkin ini hanya masuk angin biasa. Kasiahan Ki Rojak juga sedang istirahat.
AKEN : Tapi benarkan naan, kau tidak apa-apa ?
KINAAN : Benar naan tidak apa-apa ? Lanjutkanlah tidurmu, jagalah kondisi fisik agar nanti saat panen tiba badan Aken schat.
AKEN : Ya, kalau begitu. Naan pun harus ikut tidur bersama Aken. Kinaan pun tertidur kembali bersama suaminya.
Di pagi harinya Aken melihat bahwa istrinya sedang muntah-muntah. Semakin terlihat kecemasaan dari diri Aken.
AKEN : Naan, sudah kubilang seharusnya ku panggil Ki Rojak untuk memberikan obat untukmu.
 KINAAN : Sudahlah, rasanya tidak apa-apa
AKEN : Dan hari ini Aken pun tidak akan pergi keladang, dan Aken akan menemani Naan pada hari ini dan sampai naan sembuh. 
KINAAN : Kenapa harus seperti itu? Naan tidak apa ditinggal. Apa Aken akan rela kehilangan jagung jagung Aken beberapa hari menuju panen? Pergilah biar naan disini sendiri. 
AKEN : Baiklah jika ituyang diinginkan Naan. Tapi berjanjilah untuk tidak meninggalkan rumah ini.
KINAAN : Ya baiklah, naan akan janji untuk tidak keluar rumah dan akan beristirahat dirumah.
Aken pun pergi dan meninggalkan Kinaan sendint dirumah seperti biasanya. Kinaan hanya ikut ke ladang jika panen tiba DI Ladang Saat Panen
Waktu panen pun tiba, Knaan dan Aken pun pagi-pagi seka sudah berangkat ke Ladang
KINAAN : Ndak terkisa juga, bahwa hasil panen sekarang begitu banyak dan sangat bagus kualitasnya.
AKEN : Ya, bersyukurlah kama itu.
Kinaan sangat senang karena dia besa membeli bahan baha yang dibutuhkan untuk keperluan keluarganya. Hani demi hari pun bertalu, sangat tidak terasa, hingga 5 bulan pun berlalu. Namun yang anen pada perut Kinaan.
AKEN : Naan, apakah kau merasa da yang aneh dengan perutmu itu?
KINAAN : Entahlah, namun naan rasa sungguh tidak wajar perut naan seperti ini.
AKEN : Sebaiknya, kita pergi ke Ki Rojak untuk memeriksanya, dan ku mohon kali ini engkau mau untuk memeriksakan dirimu pada Ki Rojak.
KINAAN : Ya, tadinya Naan juga ingin memeriksakan ini pada Ki Rojak dan akan mengajak Aken untuk mengantarku hari ini.
AKEN : Baiklah kalau seperti itu, sebaiknya kita periksakan sekarang ya.

Akhirnya Aken dan Kinaan pergi jelan kaki menuju rumah Ki Rojak memang tidak jauh dari tempat mereka tinggal. Di Rumah Pengobatan Ki Rojak. Sesampainya di rumah Ki Rojak, begitu banyak orang yang ngantri untuk memeriksakan penyakitnya pada Ki Rojak, meskipun Ki Rojak bukan Dokter namun dia tahu beberpa penyakit dan cara mengobatinya. Aken pergi mengambil nomor antrian sedangkan Kinaan duduk dan menunggu. Tiba-tiba ada seorang Nenek bernama Sumirah berbicara pada Kinaan.

SUMIRAH : Siapakah yang sakit? 
KINAAN : Tidak ada bu, namun saya hanya ingin memeriksakan perut saya yang bulan ke bulan merasa beda dan malah membesar.
SUMIRAH : Selamat ya, mungkin anda sedang hamil. Dan akan mendapatkan anak lagi.
KINAAN : Maaf bu, sebelumnya saya belum punya anak, dan kalaupun sekarang saya hamil saya rasa tidak, karena usia saya yang sudah tua. ( dengan raut wajah sedih ). 
Sumirah : Maaf, tidak bermaksud untuk membuat sedih kalian.
KINAAN : Tidak apa-apa ko nek. ( Dengan senyum namun tetap terlihat kesedihanya.Kinaan bingung, apa benar yang dikatakan Nenck Sumirah jika telah hamil, dan jika dia tidak hamil melaikan punya penyakit, itu akan lebih memberatkan pada Aken suaminya itu. Aken telah kembali dan Kinaan pun dipangggil ke dalam untuk bertemu ki Rojak.
 KI ROJAK : Silahkan duduk. Apakah keluhannya? 
AKEN : Begini Ki, Istri saya perutnya semakin membesar apakah istri saya ada kelainan? KI ROJAK : Sepertinya istrimu hamil. 
KINAAN : Tapi ki, sebelumnya saya belum pernah hamil, dan apakah diusia saya yang 45 ini masih dapat hamil? 
KI ROJAK : Sebentar, berbaringlah dan akan ku periksa. AKEN : Bagaimana ki ? Istri saya tidak apa-apa kan Ki?
KI ROJAK : Bersyukurlah bahwa istrimu telah hamil, dan sepertinya sudah lima bulan dia mengandung.

Terlihat senyum bahagia dari mereka, suasana menjadi haru sungguh tidak disangka-sangka selama 22 tahun pernikahan akhirnya diberikan turunan untuk mereka. (Aken memasukan amplop pada guci dan mengucapkan terimakasih serta pamit pada Ki Rojak.

Di Rumah Aken.Sesampainya di rumah AKEN begitu senang, dia terus mencium perut istrinya itu. Kinaan pun menangis terharu melihat suaminya yang tidak pernah sebahagia ini.

Hubungan diantara mereka hari demi hari semakin erat dan manis. Aken pun selalu menuriti apa yang diinginkan oleh istrinya. Hingga masuk pada bulan ke-9 istrinya. AKEN semakin memanjakan istrinya dan terus mengawasinya.

Sampai pada jam 2 dini hari. Istrinya merasakan mules dan sepertinya akan melahirnya. Namun Aken malah bingung harus berbuat apa. Bidan tidak ada, Ki Rojak untuk urusan melahirkan dia tidak bisa.Ya Paraji orang-orang di desa itu menyebutnya seorang yang suka menolong orang melahirkan. Sayangnya di desa itu tidak ada.

AKEN : Sungguh entah apa yang harus diperbuat, harus pada siapa ku meminta bantuan. ( sambil tangannya menggosokgosok kepala).(Aken pergi keluar rumah dan berteriak minta tolong) 
AKEN : Toollllooooonnnnggg...! Toolong! Dan warga disana berlaliran menuju rumah Aken. Aken meminta ENDANG untuk memanggilakan paraji di desa sebelah. ENDANG pergi menaiki sepeda sedangkan Aken pergi ke kamar beserta warga yg lain untuk menemani kinaan. KINAAN : Aken, Naan sudah tidak kuat! 
AKEN : Jangan bicara seperti itu, Aken yakin bahwa naan bisa. Kinaan terus menangis, dan ENDANG datang dengan tergesa-gesa. 
ENDANG : Ken,...Aken... Maaf tadi saya sudah kesana namun parajinya seminggu yang lalu telah meninggal. Aken dan warga lainya semakin bingung.
Kinaan menjerit, dia hanya di beri arahan dari para ibu-ibu untuk terus mengatur nafasnya. Akhirnya bayi keluar dengan mudah, tangisan bayi pun terdengar. Dan dibantu oleh ibu-ibu untuk memotong tali ari-arinya. Aken memeriksa nafasnya, dan detak jantung serta denyut nadinya. 
Aken : Inalillahiwainailiahi rojiun.. 
WARGA DISANA : Inalillahiwainailiahi rojiun..
Begitu menggema suara tangis anak Aken dan Kinaan, namun suara Kinaan kini tak terdengar.
AKEN : Naan, naaan bangun sadarlah, anak kita sudha lahir, naaaann bangun !!!! Kinaan telah pergi meninggalkan Aken begitu juga dengan anaknya. Kinaan menutup usianya di 45 tahun. Aken sungguh tidak sadarkan diri. Ia terus berteriak dan menangis. AKEN : Kinaaaaaannnnnn....banguuuunnn!!!!!! Ini lihat anak kita,kau tak sempat melihat anak kita, ini anak kita yang kita ingin-inginkan. BANGUUUUNNNN!!!!!! KINAAANNN BANGUNLAH !!!
ENDANG : Sudahlah Aken, sudah kau ikhlaskan saja, kasian istrimu. Sebaiknya kita segera mengebumikan jasad istrimu itu. Anakmu biar istriku yang mengurus.
Setelah semuanya selesai.Jasad KINAAN disimpan di pemakaman umum di desanya itu,Tiga minggu berlalu, akan hanya tinggal berdua bersama anaknya. Aken memberikan nama Bunga untuk anaknya. Disatu tahun anaknya, Aken mengajak Bunga anaknya untuk pergi ke makam Kinaan ibunya Bunga.
Di Pemakaman Umum. Aken memangku anaknya untuk menuju makan alm.ibunya Bunga.
AKEN : Naan, ini aku bawa anak kita. Dia ku beri nama Bunga. Dia cantik sepertimu, kau bisa melihatnya kan. Dan mungkin ini jawaban pertengkaran kita pada saat itu. Ini waktuku mendapatkan anak dan waktuku juga untuk kehilangan istri.Kau memang istri terbaik dan wanita sempurna.Kau tinggalkanku dan memberiku penemam akhir usiaku.Sungguh aku ingin membesarkan Bunga bersamamu. Sejak saat itu Aken dan anaknya sering mengunjungi makan Kinaan 2 minggu 1 kali untuk membersihkan makamnya dan mendoakanya. Setelah anaknya Bunga berusia enam tahun, Aken mengajak Bunga untuk berziarah ke makam ibunya.
BUNGA : Ayah, apa ini makam ibunya bunga? 
AKEN : Iya, anakku ini adalah makam Ibumu sejak enam tahun yang lalu dia telah lebih dulu kembali kepada Tuhan.

Suasana semakin mengharukan, Aken dan Bunga anaknya menangis di depan makan Kinaan.
Selesai berziarah Aken membawa Bunga pergi dari pemakaman umum namun tidak kembali ke rumahnya. Aken pergi meninggalkan kampungnya. Tidak ada yang tahu keberadaan Aken dan Bunga sampai saat ini. Mereka menghilang dan tak pernah terlihat berziarah ke makam istrinya setahun setelah mereka pergi.

~ SELESAI ~

TENTANG PENULIS
Noni Mustika Wati lahir di Ciamis, 13 November 1994. Menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 3 Mekarsari pada tahun 2007, menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Banjar pada tahun 2010, dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Banjar pada tahun 2013. Pada tahun 2013 melanjutkan studi pada program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Galuh. Saat ini penulis bergiat di Komunitas Cipta Sastra Indonesia (KCSI).

Nah, itulah teman - teman Naskah Drama Keluarga - Bunga Untuk Aken dari SUARA SASTRA 
Semoga bermanfaat 

Posting Komentar untuk "Naskah Drama Keluarga - Bunga Untuk Aken "