Cerpen Remaja Inspiratif - Episode 4 : CELOTEHAN ANAK BARU

Cerpen Remaja Inspiratif - Episode 4
" CELOTEHAN ANAK BARU "


SUARA SASTRA - Cerpen Remaja Inspiratif - Episode 4 : CELOTEHAN ANAK BARU - Berikut ini merupakan episode 4 cerpen remaja inspiratif yang baru saja diterbitkan oleh SUARA SASTRA.

Cerpen Remaja Inspiratif ini, kelanjutan dari cerpen episode sebelumnya. Diharapkan teman - teman yang sudah membaca karya sebelumnya, jangan lupa baca juga episode ini, karena episode demi episode yang kami suguhkan pastinya akan lebih seru. Oleh karenanya kunjungi terus SUARA SASTRA ya teman - teman.
Cerpen Remaja Inspiratif - Episode 4 : CELOTEHAN ANAK BARU
Cerpen Remaja Inspiratif - Episode 4 : CELOTEHAN ANAK BARU - SUARA SASTRA

CELOTEHAN ANAK BARU
Karya : Sabil

Sesampainya di kamar, Zidan masih disibukkan dengan buku yang ia temui di teras kelas ujung sekolah. Kantin yang berada di belakang asrama, di padati oleh santri baru yang sedang bergantian memesan mie instan. Setelahnya mengganti pakaian, Zidan segara menyusul kawan – kawannya. Sebenarnya Zidan ini anak yang pemalu, wajar saja kalo ia masih canggung dan ragu untuk bergabung bersama santri baru lainnya  di kantin.
“ Hai Dan, ayo gabung disini ! “ Rosyid, teman kelompoknya mengajaknya.
Zidan, sambil senyum – senyum malu, dalam hatinya “ Untung aja ada yang ku kenal “ 
“ Ayo lah gabung ! jangan malu – malu gitu Dan ! 
“ Iya... iya “ sambil jalan menghampiri Rosyid

Cerita demi cerita berhamburan di kantin itu. Sarip, yang merupakan salah satu santri baru yang memiliki warna kulit gelap, dengan perawakan yang kekar. Berbagai cerita yang dia sampaikan kepada kawan – kawannya membuat suasana semakin cair dan akrab. Celotehan demi celotehan yang dia lemparkan, seakan akan Zidan bersama kawan yang lainnya mendapat suguhan komedian yang luar biasa. Begitulah teka teki diantara santri baru.

Sore hari, waktu yang lumayan leluasa bagi para santri. Kebanyakan santri, mengisi waktu itu dengan berolahraga, karena lapang yang tersedia di pondok itu  ada dua, jadi olahraga yang bisa dilakukan oleh santri hanya futsal dan Volley. Sebagian santri lainnya yang kurang suka dengan olaharaga,  mereka mengisi waktu dengan mencuci pakaian atau diskusi kecil – kecilan di asrama. Zidan yang masih bingung dengan dunia pondok, hanya melamun saja di teras asrama. Kang Iwan, ketua kamarnya Zidan menghampiri anak baru yang sedang melamun itu.
“ Ikutan Main bola atuh Dan ! Jangan ngelamun mulu ! “
“ Nggak ah kang, besok aja “ Zidan malu – malu.
“ Kenapa ? jangan bilang kamu mau pulang ya ! “
“ Nggak kok kang, Zidan gak papa “
“ Ya udah, kalo gak papap, bener ya gak papa nih ? “
“ Iyaa kang, aman kok kang “ Sambil senyum dikit.
“ Ya udah, akang tinggal ya, mau jemur pakaian dulu. Jangan terlalu lama melamunnya ! mendingan mandi sekarang ! nanti mah ngantri Dan “
“ Iya kang “ Zidan pergi ke kamarnya.

Dunia pesantren memang tempat yang semua hal diatur. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, semuanya di atur. Tapi itu semua, tak sedikitpun melunturkan tekad bulat Zidan yang sudah berjanji akan membanggakan kedua orang tuanya. Baginya membuat bangga orang tua dan keluarga adalah yang paling utama. 

“ Aku harus betah disini, aku tak ingin mengecewakan orang tuaku. Aku harus bisa melawan rasa ingin pulang ini. Pokoknya besok hari, aku harus menemukan orang yang bisa jadi sahabat di pondok ini, supaya aku bisa betah disini “ . Disudut kamar, Zidan mencoba menasehati dirinya. Kini Zidan mulai membebaskan diri dari belenggu lamunan yang terus menerus mengikutinya.
Hari semakin gelap. Adzan maghrib berkumandang. Semua santri sudah berjajar rapi di masjid. Pakaian santri yang serba putih, membuat tempat mulia itu, terlihat semakin bercahaya. Setelah iqomat dikumandangkan, shalat berjama’ah maghrib pun di mulai. Semua mata menunduk ke tempat sujud, semua telinga mendengarkan lantunan kalam ilahi dari dari sang imam. Sungguh keadaan yang sangat menyejukkan hati.

“ Para santri yang bapak banggakan, para santri calon penghuni surga. Pada kesempatan yang berbahagian ini, kalian akan dibagi menjadi dua kelas, kelas Ibtida’ satu dan kelas Ibtida’ 2. Namun sebelumnya, kalian harus mengikuti dulu beberapa tes, yaitu baca alqur’an, bacaan wudhu dan bacaan sholat, yang akan dipimpin oleh kang Irfan sebagai rois kalian di pondok ini “ . Tutur Pak kiyai kepada santri baru.

Pandangan dan raga boleh saja berada satu majlis bersama pak kiyai, tapi lagi – lagi Zidan malah kembali disibukkan dengan sesuatu yang dia temukan siang tadi di sekolah. Dalam benaknya dia ingin mengganti malam dengan siang. Penasaran terus menghantui perasaannya. 
“ Buku yang tadi itu, punya siapa ya ? , apakah punya cowok atau cewek ? “ hatinya terus saja menanyakan hal itu.

BERSAMBUNG ...

TENTANG PENULIS
Sabil merupakan nama samaran dari Dana Sabilul huda, lahir di Tasikmalaya 02  Juni 2000. Penulis menempuh pendidikan dimulai dari SDN 2 CINTABODAS ( Lulus tahun 2012 ) Melanjutkan ke MTs SA AL-MUSYRIFAH ( Lulus tahun 2015 ), dan MAS MUARA ( Lulus tahun 2018 ). Pada September 2018 melanjutkan studi pada program studi pendidikan bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh Ciamis.
Penulis juga aktif di Dunia Pramuka, beberapa kegiatan dan pelatihan Kepramukaan Tingkat Kabupaten sampai tingkat Nasional pernah diikutinya, diantaranya Raimuna Kanira Kabupaten Tasikmlaya tahun 2016, Gladian Pimpinan Satuan Jawa Barat tahun 2017, Raimuna Nasional XI tahun 2017, dan Latihan Search dan Rescue Nasional tahun 2019, Hingga kini penulis aktif dan mengabdikan dirinya Di Gerakan Pramuka MTs SA AL-MUSYRIFAH MUARA.
Saat ini penulis bergiat di Himpunan Mahasiswa prodi Pendidikan bahasa Indonesi Priode 2019 – 2020, dan Unit Kegiatan Mahasiswa Pramuka ( Racana Galuh ). Sebagai bentuk kecintaan  penulis terhadap sastra, salah satunya diwujudkan dengan terbitnya sebuah cerpen inspiratif .

Demikian, Cerpen Remaja Inspiratif - Episode 4 : CELOTEHAN ANAK BARU dari SUARA SASTRA. Tunggu ya, episode selanjutnya. Terima kasih

Posting Komentar untuk "Cerpen Remaja Inspiratif - Episode 4 : CELOTEHAN ANAK BARU"